Rabu, 11 September 2013

IPK TINGGI VS ORGANISASI MAHASISWA

0


Banyak orang menganggap menjadi seorang mahasiswa adalah sesuatu yang membanggakan., karena menjadi mahasiswa bagi sebagian masyarakat berpendapat bahwa mereka adalah orang yang cerdas, berpendiddikan, mempunyai pola pikir yang lebih maju, dan mapan berasal dari lingkungan berada. Namun disisi lain ada pula yang berpendapat mahasiswa yang kuliah di sebuah Perguruan Tinggi Negeri (PTN / Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang ternama baru bisa dikatakan mahasiswa yang mempunyai kemampuan lebih dan kecerdasannya dapat bersaing setelah lulus mendapat gelar nanti. Tapi bagi masyarakat yang berpikir anak mereka harus kuliah meskipun tidak di perguruan tinggi ternama, mereka berpikir sebuah perguruan tinggi ternama bukanlah jaminan bagi anak mereka untuk mendapatkan pekerjaan denagn mudah.Bagi mereka apabila anak mereka memang mempunyai potensi maka mereka akan sukses. Dilihat dari fenomena ini apakah seorang mahasiswa yang mempunyai IPK tinggi atau organisasi mahasiswa, mana yang lebih berguna? Hal ini cukup beralasan mengingat bahwa ada mahasiswa yanglebih mementingkan nialia yang sempurna sehingga di akhir semester mereka mendapatkan IPK tinggi dan memuaskan dan konon itu dapat menguntungkan bagi mahasiswa itu sendiri ketika melamar pekerjaan. IPK kadang menjadi momok yamg menyeramkan ketika seorang mahasiswa yang mempunyai tingkat kecerdasan dan kemampuan yang pas-pasan., karena mereka harus mengulang salah satu mata kuliah yang dianggap gagal dalam mendapatkan nilai yang baik/sempurna, ini merupakan salah satu alasan kenapa mahasiswa tidak lulus tepat pada waktu kelulusan yang telah ditentukan.
Akan tetapi bagi mahasiswa yang berpikir bahwa IPK tinggi bukan jaminan sukses didunia kerja, melainkan seorang mahasiswa juga harus bisa berorganisasi sebagai bekal mereka kelak dalam menghadapi dunia kerja dan kehidupan bermasyarakat. Setidaknya mereka pernah mengenal bagaimana cara kerja didalam suatu organisai. Melalui organisasi mahasiswa, mereka dapat berlatih dalam dunia politik, seni, ekonomi dan sosial. mempunyai pengalaman membuat struktur organisasi serta pengalamn memimpin dan dipimpin.
Oraginisasi mahasiswa dibentuk bukan tanpa alasan, organisasi mahasiswa didirikan dalam rangka mengembangkan potensi diri kearah perluasan wawasan, peningkatan cendikiawan dan pengembangan potensi mahasiswa yang mempunyai bakat atau potensi tependam. Hal ini bisa dianggap sebagai pemanasan sebelum mereka terjun langsung ke dunia kerja yang nantinya juga menuntut mereka untuk masuk dalam sebuah organisasi.
Memang dalam hal ini organisasi mahasiswa dianggap tidak mempunyai peranan penting didalam perkuliahan di kelas, tapi disisi lain ini berguna dan melatih mental mereka untuk beropini, berdebat dengan orang lain serta mempunyai pengalaman dalam bergaya bicara yang baik dalam mengahadapi lawan bicara. Menurut kenyataan yang ada mahasiswa yang telah terjun dalam dunia organisasi pasti mental mereka lebih berani dan tidak canggung untuk kritis dan mengeluarkan pendapat maju didepan audience,sealin itu sedikit banyak kita berlatih untuk bertanggug jawab moral kepada orang lain, didalam perkuliahan juga sedikit banyak menuntut mahasiswa untuk kritis dalam pelajaran serta berpendapat mengeluarkan argumen-argumen yang ada. Kita tidak hanya pasif dalam mendapatkan ilmu pengetahuan tapi kita juga berlatih memecahkan masalah sendiri. Ini merupakan pengalaman yang berharga yang tidak ternilai harganya karena sedikit banyak kita telah terbiasa dan mempunyai mental yang kuat menghadapi kenyataan, tahu cara kerja organisasi hingga manifestasi penyiapan diri untuk menjadi agents of change setelah menyelesaikan studi dan kembali kemasyrakat.
Memang IPK tinggi merupakan syarat mutlak bagi seorang mahasiswa karena seorang mahasiswa bisa dikatakan berhasil dan menguasai bidangnya apabila mereka lulus dengan hasil yang memuaskan selama menyelesaikan studinya bertahun tahun. Namun apakah langsung berpuas diri dengan IPK yang tinggi jika tidak ada bekal pengalaman nyata berorganisasi serta pelatihan mental yang cukup dalam menghadapi kehidupan bermasyrakat. Bagaimanapun juga, kita yang melakukan tugas tersebut sebagai seorang mahasiswa. Apakah kita harus memilih mana yang lebih berguna kelak. Setidaknya kita bisa menyimpulkan sendiri apakah dengan bergabung di organisasi mahasiswa kita dapat melatih mental kita, dan apabila kita memilih IPK tinggi lebih penting sebagai bekal di dunia kerja. Itu semua kembali kepada diri kita dalam mengambil keputusan yang terbaik dalam kehidupan kita.



( oleh: Rosyida Hermawati, Mahasiswi FKIP-PBI UMK)

Senin, 09 September 2013

Organisasi Kampus.. Why Not…??

0

DUNIA kampus adalah dunia luas yang bisa membuat diri kita semakin berkembang. Hal ini bisa dijadikan sebuah momentum untuk mahasiswa unjuk prestasi. Salah satu aksesnya adalah lewat organisasi.
Seringkali organisasi menjadi akses primadona menuju keeksistensian diri. Organisasi yang terdapat di kampus sangat berbeda dengan ekstrakurikuler di SMA. Organisasi kampus ini terdiri dari berbagai klasifikasi, di antaranya organisasi kepemimpinan seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), dan Senat. Selain organisasi kepemimpinan terdapat juga organisasi keterampilan atau biasa disebut Unit Keterampilan Mahasiswa / Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Menelusuri masa-masa berorganisasi di kampus, satu organisasi yang terdiri dari beberapa macam otak dan gaya pemikiran yang berbeda seringkali membuat para anggotanya keteteran dalam menjalankan tampuk kepengurusan. Bagi para mahasiswa yang background organisasi di sekolah menengah tentu tidak akan merasa kesulitan dalam berorganisasi di kampus, mereka hanya beradaptasi kemudian mengembangkan ilmu organisasi tersebut menjadi lebih luas lagi.
Organisasi merupakan kumpulan manusia individu atau berbagai kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tidak ada organisasi tanpa tujuan, baik itu tujuan secara tertulis dibahas dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga atau tujuan yang hanya tersirat hasil pemikiran para pengurus terdahulu yang diwariskan secara turun-temurun.
Bagi para mahasiswa baru yang tidak ada background organisasi di SMA seringkali merasa ketakutan untuk masuk ke dalam dunia organisasi kampus. Alasannya memang beragam, tapi banyak yang mengatakan masuk ke suatu organisasi kampus akan membuat nilai-nilainya turun dan akan sangat mengganggu aktivitas perkuliahan. Mereka para pemikir-pemikir hebat yang terlalu mengagungkan akademik dibandingkan keterampilan softskill beralasan masuk organisasi hanyalah membuang-buang waktu belajar.
Secara umum kita melihat bahwa orang-orang yang berkecimpung di dalam organisasi hanyalah para mahasiswa yang lulusannya selalu telat dengan IPK yang lumayan buruk. Itulah sekelumit pandangan terhadap para organisatoris. Tunggu dulu, bukannyapemikiran/pandangan itu lahir beberapa puluh tahun yang lalu? Fenomena para organisatoris masa lampau memang kenyataannya seperti itu, dan saya percaya kejadian seperti itu hanyalah sebagian kecil saja dan disampaikan dengan gaya berita yang berlebihan dan tidak berdasar.
Organisasi membuat kita menjadi lebih kritis dalam menghadapi suatu masalah, menjadi lebih peka dengan lingkungan sekitar, juga belajar berinteraksi untuk menyampaikan suatu gagasan yang seringkali berbeda satu sama lain. Seharusnya para organisatoris mengerti betul tentang manajemen waktu, hal itulah yang menjadi suatu kelebihan dibanding orang yang tidak berorganisasi sama sekali. Seabreg tugas dari dosen adalah kewajiban yang harus diselesaikan tapi bukanlah suatu permasalahan untuk kemudian menyelesaikan tugas-tugas dalam organisasi. Jadi apapun nilai IPK yang kita dapatkan tolong jangan sekali-kali menyalahkan organisasi. Ada beberapa organisatoris seringkali mengeluh dengan nilainya yang anjlok, tapi banyak juga yang berterimakasih karena dengan berorganisasi justru membuat nilai menjadi bagus, kemampuan berbicara lancar, dan selalu bertambah teman. Jadi siapa yang salah, organisasinya atau kitanya yang membandel.
Banyak hal-hal positif dengan belajar berorganisasi, baik itu dilingkungan kampus atau organisasi di masyarakat. Organisasi mengajarkan untuk menjadi pemimpin yang bijak sekaligus menjadi bawahan yang baik pula. Tidak ada rasa egois dan individualistis, semuanya berjalan beriringan. Semuanya diselesaikan bersama-sama. Rasa-rasa sakit hati, dicuekin, sedih, menangis, bahagia, puas, tertawa hanyalah bumbu penyedap organisasi itu dan semua orang pasti merasakannya. Jangan takut berorganisasi, karena di sana tersimpan berlian yang akan membuat kita melejit jauh ke depan.

*sumber

Selasa, 03 September 2013

Mahasiswa dan Budaya Kritis

0

Sebagai insan cendekia, semestinya mahasiswa mulai membiasakan diri untuk berfikir kritis sebagai jawaban atas kritikan dan sinyalemen yang berkembang bahwa mahasiswa sudah mulai luntur dan meninggalkan kultur akademik yang terbiasa melakukan kritik. Berfikir kritis bagi mahasiswa bisa dimulai dengan melakukan otokritik dalam bentuk pertanyaan dan perenungan tentang; Bagaimana pengetahuan itu muncul dalam diri manusia; Bagaimana kehidupan intelektual itu tercipta; dan darimana sumber pemikiran dan pengetahuan tersebut lahir. Selain itu, berfikir kritis juga bisa dengan menggunakan 3 pola pemikiran; yaitu ontologi (tentang apa) epistimologi (tentang bagaimana), dan aksiologi (tentang untuk apa). 

 Selain itu, sebagai insan cendekia, mahasiswa juga harus sudah mulai menguasai berbagai macam dan unsur ilmu pengetahuan. Paling tidak minimal 3 unsur utama, yakni; unsur substansi; informasi, dan metodologi. Unsur substansi dikenal dengan subyek (material dan formal) atau subject matter suatu disiplin ilmu. Sedangkan unsur informasi merupakan isi tuturan pemahaman dan penjelasan yang bersifat abstrak tentang unsur substansi itu, baik yang dapat diamati (observable) dan diukur (measurrable) maupun yang tidak dapat diamati dan diukur. Sementara itu, unsur metodologi merupakan cara kerja yang “mengotak-ngatik” unsur substansi dan unsur informasi dengan menggunakan cara berpikir dan cara kerja tertentu, yang secara umum dikenal sebagai metode ilmiah. 

Seiring dengan uraian diatas, mahasiswa/i seyogyanya memiliki wawasan dan akademik yang mumpuni dengan cara antara lain; Pertama, menguasai materi  ajar dengan baik bahkan lengkap dengan nomenklaturnya, makin kaya materi yang dikuasai makin baik. Namun memiliki kekayaan materi ilmiah saja tidak cukup harus ditopang dengan kemampuan metodologi pengembangan dan mengamalkan ide-ide atau gagasan-gagasan lainnya. Kedua, kuat metodologis,  bobot ilmu adalah justeru terletak proses metodeloginya dan bukan semata-mata kuat materinya, orang yang kuat akan materi justeru akan mengetahui dan mampu mencari kekurangan materi ilmiah yang dibutuhkan. Tidak hanya  itu sikap mahasiswa dan mahasiswi terhadap kompetensi dasar yang wajib atau mutlak harus dimiliki terdiri atas: integritas (integrity), kepemimpinan (leadership), perencanaan dan pengorganisasian (planing and organizing), kerjasama (collaboration), fleksibilitas (flexibility). wassalam
www.ayeey.com www.resepkuekeringku.com www.desainrumahnya.com www.yayasanbabysitterku.com www.luvne.com www.cicicookies.com www.tipscantiknya.com www.mbepp.com www.kumpulanrumusnya.com www.trikcantik.net