DUNIA kampus adalah dunia luas yang bisa membuat
diri kita semakin berkembang. Hal ini bisa dijadikan sebuah momentum
untuk mahasiswa unjuk prestasi. Salah satu aksesnya adalah lewat
organisasi.
Seringkali organisasi menjadi akses primadona menuju keeksistensian
diri. Organisasi yang terdapat di kampus sangat berbeda
dengan ekstrakurikuler di SMA. Organisasi kampus ini terdiri dari
berbagai klasifikasi, di antaranya organisasi kepemimpinan seperti
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), dan
Senat. Selain organisasi kepemimpinan terdapat juga
organisasi keterampilan atau biasa disebut Unit Keterampilan Mahasiswa /
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Menelusuri masa-masa berorganisasi di kampus, satu organisasi yang
terdiri dari beberapa macam otak dan gaya pemikiran yang berbeda
seringkali membuat para anggotanya keteteran dalam menjalankan tampuk
kepengurusan. Bagi para mahasiswa yang background organisasi di sekolah
menengah tentu tidak akan merasa kesulitan dalam berorganisasi di
kampus, mereka hanya beradaptasi kemudian mengembangkan ilmu organisasi
tersebut menjadi lebih luas lagi.
Organisasi merupakan kumpulan manusia individu atau berbagai kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tidak ada organisasi tanpa tujuan, baik itu tujuan secara tertulis dibahas dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga atau tujuan yang hanya tersirat hasil pemikiran para pengurus terdahulu yang diwariskan secara turun-temurun.
Bagi para mahasiswa baru yang tidak ada background organisasi di SMA seringkali merasa ketakutan untuk masuk ke dalam dunia organisasi kampus. Alasannya memang beragam, tapi banyak yang mengatakan masuk ke suatu organisasi kampus akan membuat nilai-nilainya turun dan akan sangat mengganggu aktivitas perkuliahan. Mereka para pemikir-pemikir hebat yang terlalu mengagungkan akademik dibandingkan keterampilan softskill beralasan masuk organisasi hanyalah membuang-buang waktu belajar.
Organisasi merupakan kumpulan manusia individu atau berbagai kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tidak ada organisasi tanpa tujuan, baik itu tujuan secara tertulis dibahas dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga atau tujuan yang hanya tersirat hasil pemikiran para pengurus terdahulu yang diwariskan secara turun-temurun.
Bagi para mahasiswa baru yang tidak ada background organisasi di SMA seringkali merasa ketakutan untuk masuk ke dalam dunia organisasi kampus. Alasannya memang beragam, tapi banyak yang mengatakan masuk ke suatu organisasi kampus akan membuat nilai-nilainya turun dan akan sangat mengganggu aktivitas perkuliahan. Mereka para pemikir-pemikir hebat yang terlalu mengagungkan akademik dibandingkan keterampilan softskill beralasan masuk organisasi hanyalah membuang-buang waktu belajar.
Secara umum kita melihat bahwa orang-orang yang berkecimpung di dalam
organisasi hanyalah para mahasiswa yang lulusannya selalu telat dengan
IPK yang lumayan buruk. Itulah sekelumit pandangan terhadap para
organisatoris. Tunggu dulu, bukannyapemikiran/pandangan itu lahir
beberapa puluh tahun yang lalu? Fenomena para organisatoris masa lampau
memang kenyataannya seperti itu, dan saya percaya kejadian seperti itu
hanyalah sebagian kecil saja dan disampaikan dengan gaya berita yang
berlebihan dan tidak berdasar.
Organisasi membuat kita menjadi lebih kritis dalam menghadapi suatu
masalah, menjadi lebih peka dengan lingkungan sekitar, juga belajar
berinteraksi untuk menyampaikan suatu gagasan yang seringkali berbeda
satu sama lain. Seharusnya para organisatoris mengerti betul tentang
manajemen waktu, hal itulah yang menjadi suatu kelebihan dibanding orang
yang tidak berorganisasi sama sekali. Seabreg tugas dari dosen adalah
kewajiban yang harus diselesaikan tapi bukanlah suatu permasalahan untuk
kemudian menyelesaikan tugas-tugas dalam organisasi. Jadi apapun nilai
IPK yang kita dapatkan tolong jangan sekali-kali menyalahkan organisasi.
Ada beberapa organisatoris seringkali mengeluh dengan nilainya yang
anjlok, tapi banyak juga yang berterimakasih karena dengan berorganisasi
justru membuat nilai menjadi bagus, kemampuan berbicara lancar, dan
selalu bertambah teman. Jadi siapa yang salah, organisasinya atau
kitanya yang membandel.
Banyak hal-hal positif dengan belajar berorganisasi, baik itu
dilingkungan kampus atau organisasi di masyarakat. Organisasi
mengajarkan untuk menjadi pemimpin yang bijak sekaligus menjadi bawahan
yang baik pula. Tidak ada rasa egois dan individualistis, semuanya
berjalan beriringan. Semuanya diselesaikan bersama-sama. Rasa-rasa sakit
hati, dicuekin, sedih, menangis, bahagia, puas, tertawa hanyalah bumbu
penyedap organisasi itu dan semua orang pasti merasakannya. Jangan takut
berorganisasi, karena di sana tersimpan berlian yang akan membuat kita
melejit jauh ke depan.
*sumber
0 komentar :
Posting Komentar